Jumat, 03 April 2015

Coba Jelaskan!


Coba Jelaskan!
Oleh : Baiq Ayu

Tempat ini. Lagi-lagi aku kesini. Ke tempat dimana kau dan aku terakhir kalinya bertemu.
Sosok Airlangga Niagarawan yang biasanya memberiku semangat pagi berupa pesan singkat yang dilengkapi dengan emoticon kiss sekarang tak ada lagi.
Dulu, ketika pertama kali kau dan aku bertemu, kita saling memandang dan tersenyum satu sama lain. Sekarang, ketika kita bertemu, tak ada lagi pandangan dan senyuman itu, yang ada hanyalah sebuah kebisuan.
Dulu, kau selalu mengirimkanku perhatian-perhatian yang kau sisipkan lewat pesan singkat, tapi sekarang? Hilang sudah.
Perubahanmu benar-benar drastis. Entah sejak kapan kau berubah. Berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal, baru, dan tidak aku harapkan.
Seiring berjalannya waktu, kau semakin tidak peduli denganku. Hubungan tanpa nama yang pernah kita miliki dulu, seakan tidak pernah ada di matamu.
Lalu, semua kenangan-kenanang kita kau anggap apa? Sampah?
Kadang kau berbicara kepadaku seolah aku orang spesial dan kadang juga kau berbicara kepadaku seolah aku tak berarti apa-apa.
Sebenarnya, apa nama hubungan kita ini?
Coba jelaskan!
***
26 Desember 2013
            ‘Ini Fifi?’
            ‘Siapa ini?’
            ‘Ini aku, Airlangga, yang waktu di ruang BK tadi pagi itu.’
            ‘Oh, Angga. Anyway, tau nomorku dari siapa?’
            ‘Aku minta dari Keirena.’
            ‘Ada apa kok kamu malem-malem SMS aku, Ngga?’
            ‘Ya, nggak apa, Fi.’
            ‘By the way, kamu tadi pagi kena hukum gara-gara telat, Ngga?’
            ‘Iya. Kamu, Fi?’
            ‘Sama. Tau nggak, selesai keluar dari ruang BK, tanganku sakit semua gara-gara nulis ‘Saya tidak akan telat lagi’ sebanyak 50x -_-‘
            ‘Tanganku juga pegel kali, Fi.’
            ‘Udah dulu ya, Ngga. Udah malem banget nih. Aku mau tidur. See you tomorrow!’
            ‘OK. Good night, Fifi!’
Masih ingat?
Itu adalah percakapan SMS kita yang pertama kali. Tanggal 26 Desember 2013 adalah tanggal dimana aku dan kau dipertemukan. Di antara bermilyaran manusia di dunia ini, mengapa harus kau? Mengapa hanya kau yang bisa membuat luka yang teramat sempurna hingga aku tak dapat menghapusnya? Mengapa?
Coba jelaskan!
***
19 Januari 2014
            Aku lewat di depanmu yang sedang membersihkan kelas dengan wajah kusam. Lalu, ketika kau melihatku, ekspresi wajahmu berubah 180O, seperti ekspresi orang yang baru mendapatkan hadiah kuis TV berupa uang jutaan rupiah; senang sekali.
            Dan kau menyapaku di depan semua teman-temanmu.
            “Hai, Fifi!”, ucapmu tersenyum seraya melambai-lambaikan tangan kananmu.
            Kemudian, aku membalasnya dengan senyuman. Kau tau tidak, betapa bahagianya aku saat itu?
            “CIIIIEEEEEEE.....!!!!”, teman-temanmu menyorakki kita berdua sambil tertawa jahil.
            Kau pasti melihat, betapa merahnya pipiku saat itu!
            Ah, merindukan masa itu! Masa dimana kita masih seperti dulu, tidak seperti sekarang yang...........ah sudahlah!
***
31 Januari 2014
            ‘Pagi, Fifi! :*’
            ‘Pagi juga, Angga!’
            ‘Kamu lagi apa? Udah makan? :)’
            ‘Udah, Angga. Kamu udah? :))’
            ‘Udah juga. Nanti kalo tidur jangan malem-malem ya, nanti kamu sakit, Fi :*’
            ‘Perhatian banget sih hahaha :D’
            ‘Iya, kan aku sayang kamu, Fifi :*’
            Kata-kata sayang itu apa maksudnya? Selama ini, kau terus saja mengatakan sayang tapi sikapmu itu berlawanan dengan perkataanmu. Seharusnya, jika kau menyayangiku, kau memberikan hubungan ini sebuah nama.
            Sekali lagi aku tanya, sebenarnya, apa nama hubungan kita ini?
            Coba jelaskan!
***
01 Maret 2014
            ‘Angga, kamu sibuk?’
            ‘Iya.’
            ‘Aku ganggu nggak?’
            ‘Kamu mau bilang apa sih, Fi?’
            ‘Angga, nama cewek di Personal Message BBM kamu itu siapa?‘
            ‘Bukan siapa-siapa.’
            ‘Bohong!’
            ‘Ya udah, terserah kamu!’
            Apakah kau ingat itu?
Apa itu yang kau namakan sayang? Kau mulai berubah sikap kepadaku. Kemana Airlangga Niagarawan yang dulu? Kemana Airlangga Niagarawan yang aku kenal?
Apa semua laki-laki itu sama? Selalu mengatakan kata-kata indah di awal dan mengatakan kata-kata pahit di akhir?
Apa semua laki-laki itu sama? Selalu berubah sikap ketika menemukan seseorang baru yang dia anggap lebih baik dari orang lama?
Iya?
Coba jelaskan!
***
04 Maret 2014
            ‘Fi, aku mau ngomong penting sama kamu.’
            ‘Apaan, Ngga?’
            ‘Kita bisa ketemu nggak di Bazbaz Cafe jam 4 sore ini?’
            ‘OK. Jemput ya!’
            ‘Maaf, Fi, aku nggak bisa jemput kamu.’
            ‘Ya udah deh, nggak apa kalo kamu lagi sibuk.’
            Akan kupersiapkan pakaian dan dandanan secantik mungkin hari ini. Kuambil medium-dress merah muda serta heels hijau toska yang sepertinya akan terlihat sempurna untuk pertemuan sore nanti.
            Sesampainya di Cafe, aku melihat Angga sedang duduk di salah satu tempat di pojok ruangan bersama seorang perempuan disampingnya.
            “Hai, Angga! Itu siapa?”, kataku sambil duduk di depan perempuan manis itu.
            “Kenalin, Fi, dia itu pacar baru aku. Kita baru 3 hari jadian.”
            Sungguh mengejutkan! Aku pikir, kau mengajakku kemari untuk memperjelas hubungan kita yang telah nama menggantung ini, tapi kenyataannya, kau malah memperkenalkan aku kepada perempuan pilihanmu.
            “Hai, Fifi! Aku Rizkhe.”, kata perempuan itu sambil tersenyum.
            “Aku kesini cuma mau bilang, kalau kamu jangan ganggu-ganggu aku lagi, karena aku sudah punya Rizkhe, aku takut dia salah paham sama kita.”
            Ganggu, katamu? Jadi, kau anggap aku sebagai seorang pengganggu atas hubunganmu dengan Rizkhe?
            “Iya, aku paham kok.”, hanya itu kata-kata yang mampu kuucapkan di depan mereka.
            Apakah kau tau bagaimana perasaanku? Sakit? Ya, sudah pasti.
Bahkan air mata saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa sakitnya hati ini. Munafik jika aku mengatakan bahwa aku bahagia melihatmu bersamanya. Aku bahagia jika kau ada bersamaku, bukan bersamanya.
Mungkin hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka yang telah kau buat. Saat dulu, kau begitu mengabaikanku dan hubungan tanpa nama ini. Tapi kini aku sadar, jika aku terus begini, ini hanya akan menyakiti diriku saja.
Aku percaya, di luar sana pasti ada seseorang yang mampu menggantikanmu dan bisa membuatku menghapus semua kenanganku bersamamu.
Tapi tetap saja, aku akan selalu berterima kasih kepadamu, karena kau telah menunjukkan kepadaku bahwa kau bukanlah orang yang tepat untukku.
Dan sepertinya, aku tidak butuh lagi penjelasan apa-apa darimu, karena semua yang terlihat sudah cukup menggambarkan tentang semuanya.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar