Rabu, 22 April 2015

Namamu (Bagian pertama)


Namamu
Oleh : Baiq Ayu

            Sudah 3 minggu sejak aku melihatmu.
Kau yang selalu asik sendiri dengan saxophonemu. Kau yang selalu mengenakan topi hitam bertuliskan BOY. Kau yang selalu acuh tak acuh pada semua orang. Dan kau yang tidak kuketahui namanya.
            Kita bertemu sekali dalam seminggu. Setiap Sabtu pukul 7 sampai 8 malam, kita berada di tempat yang sama; Bethie Music School. Kau di kelas saxophone, aku di kelas piano.
            Semua terjadi begitu singkat tanpa basa-basi.
Aku melihatmu sejak pertama kali aku kemari, sejak saat itu wajahmu selalu berada dalam sudut-sudut pikiranku. Sesederhana itulah, aku mulai menyukaimu. Entah kau.
Misterius. Hanya kata itu yang dapat kupikirkan ketika aku mengkhayalkanmu.
Bisa diibaratkan bahwa aku ini adalah seorang stalker sejatimu. Aku tau kau. Aku tau bagaimana sifatmu. Aku tau betapa indahnya permainan saxophonemu. Aku tau semuanya. Kecuali satu, namamu. Entah mengapa, aku tak ingin orang lain yang memberitaukan namamu padaku, namun kau sendiri nanti yang akan memberitaukannya.
Perasaanku benar-benar tersembunyi dan benar-benar terpencil. Hingga kau yang acuh tak acuh, tak pernah peduli pada sorot mataku yang sering memperhatikanmu ketika kau keluar kelas. Menyedihkan sekali! Namun, aku lebih menyukai seperti ini.
            Dua minggu kemudian telah berlalu.
Aku yang akhir-akhir ini sibuk dengan tugas-tugas sekolah, sering absen di Bethie Music School. Tapi, apa dayaku? Tugas sekolah yang setiap hari menggunung selalu menuntut untuk dikerjakan.
            Kira-kira, bagaimana kabarmu saat ini, Misterius? Apakah kau merindukanku?
Tak mungkin. Kau merindukan aku? Yang benar saja! Kau saja tak tau aku, lalu bagaimana bisa........sudahlah, itu bukan sesuatu yang penting (bagimu).
***
                Hari ini hari Sabtu, jadwalku untuk ke Bethie Music School. Tugas sekolah telah kukerjakan semua, jadi nanti aku bisa kursus tanpa beban tugas sekolah.
Pukul 18.45
            “Ma, ayo berangkat!”, ucapku seraya merapikan rambut (lagi).
            “Wah, Mama belum bilangin kamu ya? Hari ini ada arisan temen-temen SMA Mama. Lagipula, hari ini kan malam tahun baru. Jadi, hari ini kamu absen dulu aja ya?”
            “Absen lagi, Ma? Ma, udah sering absen, masa sekarang mau absen lagi?!”
            Mama hanya diam sambil terus berkutat dengan berbagai macam bahan masakan di dapur.
            “Ya sudah deh, Ma, gak papa. Mama mau masak apa sih? Sini aku bantu!”
            Sayang sekali, pertemuan kita harus ditunda dulu, Misterius. Padahal, telah kukorbankan jam tidur siangku demi mengerjakan tugas sekolah agar nanti malam aku dapat bertemu denganmu.
Pukul 19.15
            Satu demi satu, kawan-kawan lama Mama mulai berdatangan. Di ruang tamu, kami berdua berdiri, bersalaman, dan tidak tidak lupa melontarkan senyum keramah-tamahan untuk menyambut mereka semua.
            Menurutku, teman-teman lama Mama sama seperti Mama; memiliki sejuta pesona wanita. Mereka semua adalah perempuan-perempuan yang berjiwa keibuan, tidak berpenampilan berlebihan, selalu menyunggingkan senyum tulus, sopan, serta santun.
            “Anakmu ini sekarang sekolah dimana, Nit?”, ucap salah satu teman Mama sambil tersenyum padaku.
            “SMAN 3 Bandung. Terus, dia katanya mau ngelanjutin ke universitas kedokteran.”, jawab Mama sambil tersenyum bangga.
            Akupun ikut tersenyum.
***
                Jam demi jam terus berlalu. Karena bosan mendengar cerita masa SMA Mama bersama teman-temannya, akupun langsung ke kamarku.
            BRUKK..
            Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang tertutupi dengan selimut merah hati. Pikiranku melayang-layang, tepatnya melayang tentang sosokmu.
            What are you doing now?
            Pertanyaan muncul dari otakku itu membuatku menerka-nerka apa yang sedang kau lakukan sekarang.
            Sepertinya, kedua kelopak mata ini tak bisa diajak berkompromi lagi. Mereka ingin sekali menutup bola mataku. Dan juga, rasa kantuk ini sedari tadi ingin membawaku ke alam mimpi. Akupun menyerah dan membiarkan diriku untuk tidur sejenak.
***
            DUAR..DUAR..DUARRRR..
            Mendengar bunyi yang begitu keras dan bising, secara spontan membuatku terbangun dari tidur. Sejenak, aku berpikir bunyi apakah yang masuk ke gendang telingaku.
            Bunyi petasan.
            Kutengokan kepala ke arah jam dinding. Sekarang baru pukul 10 malam, tapi mengapa sudah ada yang menyalakan petasan?
            Tanpa berpikir panjang, aku langsung keluar dari kamar sekedar untuk mengecek apakah teman-teman Mama sudah pulang atau belum.
            DUK..DUK..DUK..
            Suara langkahku menuruni tangga begitu jelas terdengar, seakan di rumah ini hanya ada aku seorang. Dan setelah aku mengecek di ruang tamu, ternyata benar, di rumah ini hanya ada aku seorang.
            Kemana semua orang?, pikirku.

BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar