Adi
mengalami kecelakaan sepeda motor ketika pulang sekolah. Kejadian itu
berlangsung pada hari Senin.
Baju putih
abu-abunya berlumurkan darah yang mengalir dari kepala belakangnya. Beberapa
hari semenjak kecelakaan itu, dia masih berada di mimpi indahnya, mimpi
indahnya yang tak tau kapan akan selesai.
5 hari
telah berlalu, dia masih belum sadar. Sudah banyak teman-teman Adi yang
bergantian datang menjenguknya.
Pada hari
ke-5 semenjak kecelakaan itu jugalah, ibu Adi memberikan surat kepadaku setelah
pulang sekolah. “Ini untukmu, nak. Ibu menemukan ini di tas Adi.”, ucap ibu Adi
yang segera pergi sambil menahan air mata di sudut matanya.
Tanpa
menunggu aba-aba, aku langsung mencari
tempat yang teduh untuk duduk sambil membaca surat ini.
Dear
Tasyahilla Rosova,
Mungkin ketika kamu membaca surat ini,
jantungmu akan berdebar-debar sama seperti aku yang sedang menulis surat ini
sekarang. Sebelumnya aku mau minta maaf karena waktu kerja kelompok di rumahmu
itu aku tidak datang. Maaf ya. Padahal aku sangat ingin ke rumahmu.
Tasya, aku suka kamu. Aku sayang kamu.
Dan aku cinta kamu. Perasaan ini muncul sudah dari setahun yang lalu, tepatnya
ketika aku melihatmu di Masjid Sekolah kita. Kamu terlihat cantik sekali ketika
memakai mukena.
Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa aku
tidak mengatakan hal ini dari dulu kan? Itu karena aku masih takut dan ragu
untuk mengakuinya. Tapi karena semakin hari perasaan ini semakin kuat, jadinya
aku sudah yakin kalau aku cuma suka sama kamu, Sya.
Dan aku juga mau mengakui sesuatu sama
kamu. Sebenarnya, si Anonymous yang mengomentari cerpen di blog-mu setiap
minggu itu adalah aku. Iya, aku.
Entah kenapa, aku ngerasa ini bakalan jadi surat pertama dan
terakhir buat kamu.
Setiap hari ketika jam sudah menunjukkan
waktu pulang sekolah, aku selalu berkata Tolong jangan pulang dulu! Aku
masih ingin liat kamu lebih lama.
Semoga ketika kamu habis baca surat ini, kita bisa ketemu lebih
lama lagi. Dan ketahuilah sekali lagi, kalau aku bener-bener suka sama kamu.
Adi Sadewa
Tidak
terasa air mataku tiba-tiba jatuh. Aku tak bisa berkata apa-apa. Rasanya ingin
sekali aku berkata langsung kepadanya, “Ketahuilah juga, Di, ketika kamu bilang
kalau kamu suka aku, aku lebih menyukaimu.”
Beberapa
menit kemudian, ada SMS masuk. SMS itu dari sahabatku.
“Tasya, gue baru jadian sama Kak Fahmi!!!”
Ya
Tuhan, baru beberapa hari Adi sakit kayak gitu, kok sahabatku sendiri
bisa-bisanya sih sama cowok lain. Katanya suka, katanya sayang, tapi mana
buktinya? Dia udah gak peduli lagi sama Adi.
“Gimana sih lo!
Katanya suka sama Adi, katanya sayang sama Adi. Tapi buktinya apa sekarang! Lo
sekarang malah jadian sama Kak Fahmi. Terus kalo Adi digebet sama cewek lain,
gimana? Apa lo gak sakit hati haa!”
“Gue gak bakalan sakit hati. Kan gue udah jd
pacarnya Kak Fahmi.”
“Terserah lo”
“Oh!! Jadi gitu. Sekarang lo lebih belain si
Adi daripada gue, sahabat lo sendiri? Jangan-jangan selama ini lo suka sama Adi
ya, Sya?”
“Ngomong apaan
sih lo! Udah ah, capek gue ngomong sama lo!”
Emosiku
sudah meluap-luap. Sangat tidak disangka-sangka, ternyata selama ini..... Ah,
biarlah cewek sialan itu berpacaran dengan siapa saja. Mulai sekarang aku tidak
akan pernah mau berteman lagi dengannya.
Tiba-tiba,
sebuah panggilan masuk datang dari nomor tidak kukenal.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar