Dalam Diam Aku Melihatmu
By : Baiq
Ayu
Entah dari
mana perasaan ini muncul. Tiba-tiba saja aku menyukainya. Aku kira, mungkin ini
hanya ketertarikan sesaat, tetapi lama kelamaan perasaan ini berubah menjadi
lebih dalam. Awalnya, aku hanya iseng saja diam-diam memperhatikannya, eh lama
kelamaan aku jadi ingin terus memperhatikannya setiap waktu setiap saat bahkan
setiap detik.
Mengapa?
Mungkin karena fisiknya yang keren. Wajahnya agak oval, kulitnya sawo matang,
matanya sipit seperti aku, dan tentu saja rambutnya yang mempesona. Tapi
perasaan ini bukan hanya karena fisik, melainkan juga karena kepribadian.
Dia merupakan
sosok yang menyenangkan dan humoris. Menurutku, dia memiliki 2 keistimewaan,
yaitu tentu saja senyumnya yang bisa membuat siapa saja meleleh ketika
melihatnya dan keahliannya melawaknya. Sungguh beruntung
bisa mengenalnya.
Aku sangat
menyukainya. Aku tidak bisa bilang kalau aku sangat mencintainya karena aku ini
masih anak SMA yang belum pantas untuk mengucapkan kata ‘cinta’, yah walaupun aku
sudah duduk di bangku kelas 2, tapi aku masih geli untuk mendengar kata
‘cinta’.
Ketika
seorang remaja menyukai lawan jenisnya, mungkin mereka akan melakukan hal yang
dinamakan ‘PDKT’. Sebenarnya bisa saja aku melakukan itu untuk mendekatinya dan
membuatnya tertarik kepadaku, tapi tidak semudah itu aku bisa melakukannya.
Mengapa
(lagi)? Aku tidak bisa melakukannya karena sahabatku sendiri juga menyukainya.
Kami bertiga sekelas sejak kelas 10. Bayangkan, aku menyukainya selama lebih
dari setahun. Sedangkan sahabatku itu baru sekitar 3 bulan. Kata orang, jika
kita menyukai seseorang lebih dari 4 bulan, itu tandanya kita mencintainya.
Benarkah itu? Entahlah, aku pun tak tau.
Perasaan
bersalah terus-menerus muncul di pikiranku. Aku takut jika aku ketahuan
menyukai cowok ini, pasti sahabatku akan amat sangat kecewa denganku.
Tapi aku
juga tidak bisa munafik terhadap diri sendiri. Di sisi lain aku sangat
menyukainya, tapi di sisi lain juga aku merasa bersalah. Sampai saat ini pun,
sama sekali belum ada orang yang tau kalau aku menyukainya karena aku selalu
memendamnya.
Cowok itu
bernama Adi. Dia sangat menyukai permainan Clash Of Clans. Mungkin hampir setiap
hari dia bermain bersama teman-temannya.
Mengapa aku
bisa tau? Ya karena aku selalu memperhatikannya diam-diam. Tapi sayangnya, hari
ini dia menangkap basah mataku sedang memperhatikannya. Sudah beberapa kali
ketika aku sedang melihatnya, seolah dia juga melihatku. Tapi rasanya itu tidak
mungkin.
Belakangan ini, kita sering berkelompok dalam beberapa mata pelajaran. Salah satunya adalah pelajaran Sejarah.Ketika kita melakukan kerja kelompok di rumah temanku, Rio, mulanya,
kerja kelompok ini berlangusng sangat tenang sampai dia pergi untuk membeli
beberapa cemilan dan kembali dengan tawanya yang keras. Gigi kelincinya terus
kelihatan ketika dia tertawa. Entah kenapa ketika dia tertawa, aku juga ingin
ikut tertawa. Bukan karena lelucon yang dibuatnya melainkan karena ekspresi
wajahnya yang sangat lucu. Dia terus mengucapkan lelucon-lelucon aneh itu
dengan logat Jogja yang khas.
Kemudian
kerja kelompok kedua dilakukan di rumahku. Mendengar hal itu, jantung terus
berdetak dengan cepat. Aku selalu membayangkan bagaimana dia akan masuk ke rumahku,
bagaimana dia mengucapkan terima kasih kepadaku saat selesai pulang kerja
kelompok, bagaimana dia berpamitan kepada mamaku ketika dia ingin pulang, dan
bagaimana-bagaimana yang lainnya.
Tapi nyatanya,
semua harapanku itu musnah seakan ditelan bumi. Pada hari itu, dia ada acara
keluarga di luar kota. Argh, sialan!! Padahal aku sudah membayang-bayangkannya.
Tapi ya sudahlah, mungkin ini sudah takdir.
Beberapa bulan kemudian
disaat perasaanku ini semakin bertambah dalam, aku mendengar kabar yang sangat
tak terduga.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar