Sabtu, 24 Januari 2015

Dalam Diam Aku Melihatmu (bagian 1)

Dalam Diam Aku Melihatmu
By : Baiq Ayu

Entah dari mana perasaan ini muncul. Tiba-tiba saja aku menyukainya. Aku kira, mungkin ini hanya ketertarikan sesaat, tetapi lama kelamaan perasaan ini berubah menjadi lebih dalam. Awalnya, aku hanya iseng saja diam-diam memperhatikannya, eh lama kelamaan aku jadi ingin terus memperhatikannya setiap waktu setiap saat bahkan setiap detik.
Mengapa? Mungkin karena fisiknya yang keren. Wajahnya agak oval, kulitnya sawo matang, matanya sipit seperti aku, dan tentu saja rambutnya yang mempesona. Tapi perasaan ini bukan hanya karena fisik, melainkan juga karena kepribadian.
Dia merupakan sosok yang menyenangkan dan humoris. Menurutku, dia memiliki 2 keistimewaan, yaitu tentu saja senyumnya yang bisa membuat siapa saja meleleh ketika melihatnya dan keahliannya melawaknya. Sungguh beruntung bisa mengenalnya.
Aku sangat menyukainya. Aku tidak bisa bilang kalau aku sangat mencintainya karena aku ini masih anak SMA yang belum pantas untuk mengucapkan kata ‘cinta’, yah walaupun aku sudah duduk di bangku kelas 2, tapi aku masih geli untuk mendengar kata ‘cinta’.
Ketika seorang remaja menyukai lawan jenisnya, mungkin mereka akan melakukan hal yang dinamakan ‘PDKT’. Sebenarnya bisa saja aku melakukan itu untuk mendekatinya dan membuatnya tertarik kepadaku, tapi tidak semudah itu aku bisa melakukannya.
Mengapa (lagi)? Aku tidak bisa melakukannya karena sahabatku sendiri juga menyukainya. Kami bertiga sekelas sejak kelas 10. Bayangkan, aku menyukainya selama lebih dari setahun. Sedangkan sahabatku itu baru sekitar 3 bulan. Kata orang, jika kita menyukai seseorang lebih dari 4 bulan, itu tandanya kita mencintainya. Benarkah itu? Entahlah, aku pun tak tau.
Perasaan bersalah terus-menerus muncul di pikiranku. Aku takut jika aku ketahuan menyukai cowok ini, pasti sahabatku akan amat sangat kecewa denganku.
Tapi aku juga tidak bisa munafik terhadap diri sendiri. Di sisi lain aku sangat menyukainya, tapi di sisi lain juga aku merasa bersalah. Sampai saat ini pun, sama sekali belum ada orang yang tau kalau aku menyukainya karena aku selalu memendamnya.
Cowok itu bernama Adi. Dia sangat menyukai permainan Clash Of Clans. Mungkin hampir setiap hari dia bermain bersama teman-temannya.
Mengapa aku bisa tau? Ya karena aku selalu memperhatikannya diam-diam. Tapi sayangnya, hari ini dia menangkap basah mataku sedang memperhatikannya. Sudah beberapa kali ketika aku sedang melihatnya, seolah dia juga melihatku. Tapi rasanya itu tidak mungkin.
Belakangan ini, kita sering berkelompok dalam beberapa mata pelajaran. Salah satunya adalah pelajaran Sejarah.Ketika kita melakukan kerja kelompok di rumah temanku, Rio, mulanya, kerja kelompok ini berlangusng sangat tenang sampai dia pergi untuk membeli beberapa cemilan dan kembali dengan tawanya yang keras. Gigi kelincinya terus kelihatan ketika dia tertawa. Entah kenapa ketika dia tertawa, aku juga ingin ikut tertawa. Bukan karena lelucon yang dibuatnya melainkan karena ekspresi wajahnya yang sangat lucu. Dia terus mengucapkan lelucon-lelucon aneh itu dengan logat Jogja yang khas.
Kemudian kerja kelompok kedua dilakukan di rumahku. Mendengar hal itu, jantung terus berdetak dengan cepat. Aku selalu membayangkan bagaimana dia akan masuk ke rumahku, bagaimana dia mengucapkan terima kasih kepadaku saat selesai pulang kerja kelompok, bagaimana dia berpamitan kepada mamaku ketika dia ingin pulang, dan bagaimana-bagaimana yang lainnya.
Tapi nyatanya, semua harapanku itu musnah seakan ditelan bumi. Pada hari itu, dia ada acara keluarga di luar kota. Argh, sialan!! Padahal aku sudah membayang-bayangkannya. Tapi ya sudahlah, mungkin ini sudah takdir.
Beberapa bulan kemudian disaat perasaanku ini semakin bertambah dalam, aku mendengar kabar yang sangat tak terduga.

Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar